affiliate marketing

Translate Here

English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Google Translate Modified by Reshaaz.Afif.ElAzizy
Home » , , » Sinopsis Janji Sepasang Layang-Layang.

Sinopsis Janji Sepasang Layang-Layang.


Judul               : Janji Sepasang Layang-Layang.
Pengarang       : S. Gegge Mapangewa.
Penerbit           : Mitra Bocah Muslim.
Kota Terbit      : Yogyakarta.
Tahun              : 2006.
Jumlah hal.      : 100.

Janji Sepasang Layang-Layang.

            Fauzan melepas kaos lusuhnya dan menggantungkannya di ranting pohon mangga yang menjulur ke tanah. Disitulah akan diadakan lomba adu cepat membuat layang-layang dengan Supran, sahabatnya. Siapa yang kalah harus mentraktir di kantin sekolah, begitulah aturannya. Menunggu Supran datang, Fauzan memainkan sebilah bambu yang dia bawa. Supran pun datang, dan langsung memulai lomba itu. Mereka melakukannya dengan penuh semangat. Tak lama kemudian Supran kehilangan semangatnya hanya karena mendengar pernyataan dari Fauzan yang menyatakan dia lebih senior dari Supran. Kesenioran Fauzan tak lain karena dia sering membantu ayahnya membuat layang-layang untuk tambahan biaya hidup. Apabila Supran menang dalam pertandingan itu, sama halnya menguras uang jajan Fauzan yang sering tidak cukup untuknya. Kecepatan Supran membuat layang-layang berkurang. Setelah agak lama, Fauzan akhirnya menyelesaikan layang-layangnya sebelum Supran menyelesaikan miliknya. Fauzan menang dalam pertandingan itu.


            Kegembiraan Fauzan tak berlangsung lama. Kakek Jamil datang tergopoh-gopoh memberitahukan bahwa ayah Fauzan meninggal tergilas truk sepulangnya dari masjid. Fauzan terdiam, gemetar, hatinya teriris, sedih sekali. Dia langsung pulang dan ternyata berita itu benar. Fauzan mendapati ayahnya telah terbujur kaku, dikerumuni oleh warga sekitar. Pak Galib yang akan ke Jakarta sore itu, ikut berada disitu.

            Usai pemakaman, Fauzan masih saja menangis di depan makam Ayahnya. Setelah kepergian ayahnya, Fauzan menjadi anak sebatang kara. Ibunya juga telah meninggal belum genap setahun yang lalu. Pada akhirnya dia mau diajak pulang oleh Supran dan Pak Galib. Pak Galib janji kepada Fauzan bahwa dia akan mengangkatnya sebagai anak dan tinggal bersama di Jakarta. Supran pun bertambah sedih saat mengetahui Fauzan akan meninggalkannya.

            Acara perpisahan Pak Galib, guru senior di desa itu, yang semula akan diadakan kemarin sore, baru terlaksana sore ini. Semua yang hadir merasa terharu, terlebih pada Supran, mengingat Fauzan akan ikut Pak Galib ke Jakarta sore ini. Sebelum mereka berangkat, Supran memberikan layang-layangnya, yang dia buat kemarin dia buat, kepada Fauzan dan begitu juga Fauzan. Supran juga berpesan agar Fauzan tidak melupakannya dan akan bersama-sama meneerbangkan layang-layang mereka saat Fauzan pulang kampung.

            Mesin mobil pun dinyalakan. Pak Galib dan Fauzan pun berangkat menuju Jakarta. Tak ada yang istimewa di wajah Fauzan saat itu. Setelah menempuh perjalanan selama 2 jam, Makassar-Jakarta, naik pesawat, mereka sampai ke rumah anak Pak Galib dan disambut baik oleh mereka dan cucu Pak Galib, Rama.
            Tinggal tiga bulan dengan Rama, kesedihan Fauzan mulai terkikis. Namun ketika Rama meminta Fauzan untuk menceritakan tentang kampungnya, kesedihan Fauzan mulai terusik. Walaupun demikian, dia tetap menceritakan panjang lebar tentang kampungnya. 

            Pada suatu hari, saat istirahat fauzan pergi ke perpustakaan, sedangkan Rama pergi ke kantin untuk jajan. Di perpustakaan Fauzan bertemu dengan Aimah, teman sekelasnya. Aimah adalah anak yang tidak mampu dan sering pergi ke perpustakaan saat istirahat tiba. Di situ juga Aimah memberi sebuah pelajaran yang penting untuk Fauzan agar selalu shalat lima waktu dan berdoa seusainya. Lain dengan Fauzan, di kantin Rama dimanfaatkan oleh Ocha dan Abraar untuk menghasutnya. Mereka mengatakan bahwa Fauzan itu adalah benalu di rumah Rama dan pasti cari muka di depan orang tuanya. Namun Rama masih tidak percaya dan langsug meninggalkan mereka.

            Setelah dihasut oleh teman-temannya, Rama mempunyai kebiasaan baru yaitu memperhatikan gerak-gerik Fauzan. Dia mulai membenarkan apa kata Ocha dan Abraar. Sampai pada suatu hari, saat Rama ingin Fauzan untuk bercerita, tiba-tiba Rama marah kepada Fauzan dan juga mulai membencinya.

            Suatu hari sepulang sekolah, Rama tidak langsung  pulang dan akan bermain terlebih dulu ke rumah Ocha. Fauzan mencoba untuk menasehatinya, tetapi Rama malah marah dan menyuruh Fauzan tidak menceritakan hal ini kepada Orang Tua ataupun kakeknya. Akhirnya Fauzan pulang dengan langkah gontai.

            Sesampainya di rumah, dia berusaha menghindari kakeknya dengan berjalan mengendap-endap. Namun, kakeknya tahu dan langsung menanyakan keberadaan Rama. Fauzan berusaha untuk berbohong tetapi kakeknya tahu dan Fauzan terpaksa menceritakan yang sebenarnya.

            Rama akhirnya pulang. Dia mengendap-endap masuk rumah. Sebelum sampai kamarnya, Rama dipergoki papanya dan dituduh main seharian di rumah Ocha. Rama naik pitam dan langsung mencari Fauzan yang sedang memainkan layang-layangnya di lantai atas. Dia langsung memarahi Fauzan dan langsung menyambar benang layangan yang sedang dipegang Fauzan. Benang itu dia putus. Fauzan sedih mengetahui layangannya, pemberian Supran, putus. Namun, Rama malah tertawa terbahak-bahak.

            Suatu hari, di desa Tongko yang dingin, Supran menerima sebuah surat dari Fauzan. Fauzan mengabarkan bahwa dia disana mempunyai banyak teman dan juga meminta maaf karena layang-layang pemberian Supran telah putus.

            Di sekolah Fauzan menjalankan aktivitasnya seperti biasa. Suatu hari saat jam istirahat, Fauzan terlambat masuk kantin. Rama, Ocha, dan Abraar bertemu dia melakukan aksi diam diri. Sepulangnya dari kantin, Rama dkk. bertemu dengan wali kelas yang sedang mencari Fauzan karena ada surat untuknya. Rama meminta surat itu dengan alasan dia akan memberikannya kepada Fauzan. Namun Rama malah membacanya dan ingin menyobeknya. Ocha dan Abraar tdak sampai hati dan melarang Rama untuk menyobek surat itu. Saat masuk kelas, Rama masih memegang surat milik Fauzan. Mereka akhirnya dimarahi oleh Bu Ratna, wali kelasnya. Namun, saat Bu Ratna memarahi Rama dkk. Fauzan membela mereka dan Bu Ratna berhenti untuk memarahi mereka.

            Sepulang sekolah, Fauzan tidak mengetahuii keberadaan Rama dan akhirnya pulang sendiri. Di rumah dia pura-pura tidur saat mengetahui Rama, Ocha dan Abraar datang ke kamarnya. Tapi mereka tahu bahwa Fauzan hanya pura-pura tidur. Saat Fauzan bangun, mereka langsung meminta maaf kepada Fauzan tentang sikapnya selama ini. Mereka salah sangka selama ini kepada Fauzan. Fauzan pun memaafkan mereka. Di saat itu juga kakek Rama, Pak Galib, akan pulang pergi ke desa Tongko, desa dimana Fauzan tinggal, saat liburan mendatang. Fauzan, Rama, Ocha, dan Abraar senang dan ingin ikut pergi kesana. Mereka berteriak serempak dan kemudian meloncat-loncat kegirangan di Spring Bed.
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Al-Hadist

0 comments:

Post a Comment

Silahkan Mengcopy, Asalkan tinggalkan komentar dan jangan lupa beri link sumbernya. Hargai saya dan teman teman saya yang telah susah payah membuat postingan ini :D

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Smansa-x7 - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger