Soedirman
lahir di Bodas Karangjati, Purbalingga, Jawa Tengah, 24 Januari 1916 –
meninggal di Magelang, Jawa Tengah, 29 Januari 1950 pada umur 34 tahun.
Soedirman dibesarkan dalam lingkungan keluarga sederhana. Ayahnya, Karsid
Kartowirodji, adalah seorang pekerja di Pabrik Gula Kalibagor, Banyumas, dan
ibunya, Siyem, adalan keturunan Wedana Rembang. Soedirman sejak umur 8 bulan diangkat
sebagai anak oleh R. Tjokrosoenaryo, seorang asisten Wedana Rembang yang masih
merupakan saudara dari Siyem.
Sudirman yang dilahirkan di Bodas
Karangjati, Purbalingga, 24 Januari 1916, ini memperoleh pendidikan formal dari
Sekolah Taman Siswa, sebuah sekolah yang terkenal berjiwa nasional yang tinggi.
Kemudian ia melanjut ke HIK (sekolah guru) Muhammadiyah, Solo tapi tidak sampai
tamat. Sudirman muda yang terkenal disiplin dan giat di organisasi Pramuka
Hizbul Wathan ini kemudian menjadi guru di sekolah HIS Muhammadiyah di Cilacap.
Kedisiplinan, jiwa pendidik dan kepanduan itulah kemudian bekal pribadinya
hingga bisa menjadi pemimpin tertinggi Angkatan Perang.
Penerbit : PT
Dunia Pustaka
Sampul : A.
Wakidjan
Cetakan
I : 1981
Cetakan
II : 1984
Halaman : 210
Sementara pendidikan militer
diawalinya dengan mengikuti pendidikan tentara Pembela Tanah Air (Peta) di
Bogor. Setelah selesai pendidikan, ia diangkat menjadi Komandan Batalyon di
Kroya. Ketika itu, pria yang memiliki sikap tegas ini sering memprotes tindakan
tentara Jepang yang berbuat sewenang-wenang dan bertindak kasar terhadap anak
buahnya. Karena sikap tegasnya itu, suatu kali dirinya hampir saja dibunuh oleh
tentara Jepang.
Setelah Indonesia merdeka, dalam
suatu pertempuran dengan pasukan Jepang, ia berhasil merebut senjata pasukan
Jepang di Banyumas. Itulah jasa pertamanya sebagai tentara pasca kemerdekaan
Indonesia. Sesudah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, ia kemudian
diangkat menjadi Panglima Divisi V/Banyumas dengan pangkat Kolonel. Dan melalui
Konferensi TKR tanggal 2 Nopember 1945, ia terpilih menjadi Panglima Besar
TKR/Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia.
Ketika pasukan sekutu datang ke
Indonesia dengan alasan untuk melucuti tentara Jepang, ternyata tentara Belanda
ikut dibonceng. Karenanya, TKR akhirnya terlibat pertempuran dengan tentara
sekutu. Perang besar pertama yang dipimpin Soedirman adalah perang Palagan
Ambarawa melawan pasukan Inggris dan NICA Belanda yang berlangsung dari bulan
November sampai Desember 1945. Pada 3 Desember 1945, pasukan TKR yang dipimpin
oleh Soedirman terlibat pertempuran melawan tentara Inggris di Ambarawa. Dan
pada tanggal 12 Desember 1945, Soedirman melancarkan serangan serentak terhadap
semua kedudukan Inggris di Ambarawa. Pertempuran terkenal yang berlangsung
selama lima hari tersebut diakhiri dengan mundurnya pasukan Inggris ke Semarang.
Perang tersebut berakhir tanggal 16 Desember 1945.
Setelah kemenangan Soedirman dalam
Palagan Ambarawa, pada tanggal 18 Desember 1945 dia dilantik sebagai Jenderal
oleh Presiden Soekarno. Soedirman memperoleh pangkat Jenderal tersebut tidak
melalui sistem Akademi Militer atau pendidikan tinggi lainnya, tapi karena
prestasinya.
Pada saat pasukan Belanda kembali
melakukan agresinya atau yang lebih dikenal dengan Agresi Militer II Belanda,
Ibukota Negara RI berada di Yogyakarta sebab Kota Jakarta sebelumnya sudah
dikuasai. Jenderal Sudirman yang saat itu berada di Yogyakarta sedang sakit.
Keadaannya sangat lemah akibat paru-parunya yang hanya tingggal satu yang
berfungsi.
Dalam Agresi Militer II Belanda itu,
Yogyakarta pun kemudian berhasil dikuasai Belanda. Bung Karno dan Bung Hatta
serta beberapa anggota kabinet juga sudah ditawan. Melihat keadaan itu,
walaupun Presiden Soekarno sebelumnya telah menganjurkannya untuk tetap tinggal
dalam kota untuk melakukan perawatan. Namun anjuran itu tidak bisa dipenuhinya
karena dorongan hatinya untuk melakukan perlawanan pada Belanda serta mengingat
akan tanggungjawabnya sebagai pemimpin tentara.
Maka dengan ditandu, ia berangkat
memimpin pasukan untuk melakukan perang gerilya. Kurang lebih selama tujuh
bulan ia berpindah-pindah dari hutan yang satu ke hutan yang lain, dari gunung
ke gunung dalam keadaan sakit dan lemah sekali sementara obat juga
hampir-hampir tidak ada. Tapi kepada pasukannya ia selalu memberi semangat dan
petunjuk seakan dia sendiri tidak merasakan penyakitnya. Namun akhirnya ia
harus pulang dari medan gerilya, ia tidak bisa lagi memimpin Angkatan Perang
secara langsung, tapi pemikirannya selalu dibutuhkan.
Sudirman yang pada masa pendudukan
Jepang menjadi anggota Badan Pengurus Makanan Rakyat dan anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Keresidenan Banyumas, ini pernah mendirikan koperasi untuk
menolong rakyat dari bahaya kelaparan.
Pada tangal 29 Januari 1950,
Jenderal Soedirman meninggal dunia di Magelang, Jawa Tengah karena sakit
tuberkulosis parah yang dideritanya. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan
Kusuma Negara di Semaki, Yogyakarta. Ia dinobatkan sebagai Pahlawan Pembela
Kemerdekaan. Pada tahun 1997 dia mendapat gelar sebagai Jenderal Besar Anumerta
dengan bintang lima, pangkat yang hanya dimiliki oleh beberapa jenderal di RI
sampai sekarang.
Catatan : File ini telah di buat sinopsis oleh Naufal Rozadi.
Seorang pelajar dari Kartinin International School Pekalongan (SMA Negeri 01 Pekalongan)
0 comments:
Post a Comment
Silahkan Mengcopy, Asalkan tinggalkan komentar dan jangan lupa beri link sumbernya. Hargai saya dan teman teman saya yang telah susah payah membuat postingan ini :D