affiliate marketing

Translate Here

English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Google Translate Modified by Reshaaz.Afif.ElAzizy
Home » , » Maaf….

Maaf….



            “Kevin, tunggu aku !!”.
Seorang gadis manis nan cantik setengah berlari menghampiriku ketika aku berjalan meninggalkan ruang kelasku. Dia adalah Lena, pacarku. Kami sama-sama anak kelas XI SMA Negeri 1 Bandung. Tapi aku anak IPA dan dia IPS. Aku tidak pernah mempermasalahkan itu. Sebenarnya IPA dan IPS sama saja kan?.
“Hai vin, aku boleh minta tolong nggak sama kamu??”, tanya Lena setelah dia tiba disampingku.
“Ah, aku udah tau. Kamu pasti nggak dijemput kan?? Silahkan tuan puteri, kuda besi hamba siap mengantar anda kemana saja…hehehe.”, aku menjawabnya dengan bercanda.
“Hahaha…udah ah rese’ banget kamu… Tapi makasih ya udah mau nganterin aku..”, jawab Lena dengan senyumnya.
“No problemo, gak usah dipikirin sayang..”, aku menjawab dengan penuh semangat.  
Hubungan kami berawal ketika kami kelas X. Kami saling menyayangi diawal hubungan kami. Namun sekarang semua berubah. Aku merasa ada yang beda dalam hatiku. Namun aku selalu menuruti keinginannya. Dia memang tidak pernah dijemput pada hari sabtu. Keluarganya sangat sibuk dengan urusan bisnis mereka masing-masing. Sedangkan supir keluarga mereka pulang kampung pada hari sabtu. Akulah yang selalu mengantarkannya pulang.
“Udah naek neng??”, aku mulai menggodanya.
“Udah kang, let’s go atuh kang…hehehe”, Jawab Lena sambil bercanda.
“Oh, aku kira belom naek Len, abis gak kerasa sih kalo kamu udah naek….Hahahaha”.
“Ih, Kevin jahat ah… aku mau ngambek aja ah, sukurin kalo kamu gak punya pacar”, Jawab Lena sambil mencubit pinggangku.
“Iye-iye neng…jangan gitu dong neng…. Ntar aku beliin balon sekalian penjualnya lho…Hahahaha”, Jawabku sambil menghidupkan motor.
“Biarin..kamu jahat sih…wekk”, Jawabnya sambil menjulurkan lidahnya setengah mengejek.
“Udah ah udah… jadi mau pulang gak nih???”
“Iya dong… ayo tukang ojek…hahaha”,Lena menjawab sambil mengejekku lagi.
Siang itu aku mengantarnya sampai rumahnya. Aku bergegas pulang ketika Lena sudah turun dari motor.
“Nggak mampir dulu vin??”, tanyanya sambil tersenyum.
“Oh nggak usah Len…makasih…aku masih ada perlu sama temen..”, jawabku datar.
“Oh yaudah… hati-hati ya sayang… gak usah ngebut dijalan..”, kata Lena sambil tersenyum sangaaat manis.
“Iye-iye…udah ah, aku cabut dulu… bye sayang..”, jawabku sambil melambaikan tangan.
Lena membalas melambaikan tangannya juga. Sepeda motorku berjalan perlahan menyusuri jalanan Kota Bandung yang sekarang sudah lumayan panas ini. Sebenarnya aku ada janji dengan Dita. Dia adalah temanku lain SMA. Dia memintaku menemuinya di salah satu kafe di Bandung. Aku dan dia adalah sahabat. Sebenarnya aku mencintainya. Namun aku masih terganjal hubunganku  dengan Lena. Aku menyembunyikan hubunganku dengan Lena dari Dita Kalau dipikir-pikir Dita dan Lena sama-sama pintar, cantik dan ramah. Namun ada sedikit poin plus untuk Dita. Entah tak tahu kenapa.
“Hai Dit, udah lama nunggu??”, tanyaku pada Dita yang sedang duduk di mejanya sendirian.
“Nggak juga vin… barusan juga nyampe…”, jawabnya sambil tersenyum ketika melihatku.
            “Oh, bagus deh kalo gitu… btw, ada apa sih kok kamu tiba-tiba ngajak aku ketemu disini??”, Tanyaku langsung pada Dita. Dia menundukkan kepalanya ketika aku bertanya seperti itu.
            “Emm…Sebenernya aku mau bilang sesuatu Vin… Mungkin buat kamu ini nggak penting. Tapi buat aku ini penting banget..”, Ucapnya sambil menatap dalam mataku.
            “Kamu percaya atau nggak, semua ucapan dari kamu tuh menurutku selalu penting buat aku…”, Ucapku meyakinkan.
            “Aku percaya kok kamu udah pengen jujur sama aku… Aku siap dengerin kok Dit..”, Aku mencoba meyakinkannya kembali setelah kami hening sejenak.
            “Emmm… Aku suka sama kamu, aku juga cinta sama kamu… Aku pengen kamu jadi milik aku”, Kata-kata Dita ini mengagetkanku. Sungguh gembira, kaget dan bingung menjadi satu.
            “Maaf Vin, aku udah gak tahan kalo terus aku pendam. Kamu boleh anggap aku apapun terserah kamu. Aku cuma pengen ngungkapin perasaan aku aja..”, Tambahnya. Aku melihat mata indahnya berkaca-kaca.
            “Hus, kamu jangan ngomong gitu Dit.. aku juga sayang sama kamu… aku mau jadi pacar kamu…”, Jawabku. Entah setan darimana yang hinggap di kepalaku. Aku melupakan Lena sejenak.
*********
            Malam harinya aku menemui Lena di rumahnya. Tekadku sudah bulat bahwa aku harus meninggalkannya untuk bisa bersama Dita. Aku memencet bel rumahnya. Keluar pembantunya yang sudah mengenalku. Dia membuka pintu menyuruhku duduk. Kemudian dia memanggil Lena. Aku menunggu di ruang tamu rumahnya yang besar itu
            “Hey vin, aku seneng banget lho kamu ngajak jalan. Kita udah lama nggak jalan kan??”, Sapa Lena ketika melihatku. Aku merasa tidak nyaman melihat raut wajahnya yang terlihat sangat gembira. Ada sedikit rasa bersalah ketika melihat itu. Kemudian dia duduk di sampingku.
            “Emm… Sebenernya ada yang mau aku omongin Len… Aku rasa kita udah nggak cocok lagi… Aku ngrasa hubungan kita cuma jadi halangan buat kita…Maaf aku gak bisa nglanjutin hubungan kita lagi”, Aku dengan berat mengatakannya kepada Lena.
            “Kamu nggak demam kan vin???”, Tanyanya sambil memeriksa dahiku.
            “Sama sekali nggak Len… aku serius.. aku jujur Len…”, Ucapku dengan jelas. Mendengar ini Lena semakin terkejut.
            “Ta,tapi…kenapa kamu nggak ngomong vin…Kita kan bisa ngomongin ini baik-baik… Kamu udah janji nggak bakal ninggalin aku kan?? Sadar vin,sadar….”, Jawabnya setengah terbata.
            “Nggak bisa Len, percuma aja kalo kita terusin.. Aku minta maaf banget sama kamu Len…”, Aku semakin merasa bersalah ketika mengatakan itu.
            “KAMU BUKAN KEVIN YANG AKU KENAL !!!”, Teriak Lena sambil menangis dan berlari menuju kamarnya.
            Aku semakin merasa tidak enak. Tapi inilah yang harus kulakukan sekarang. Aku berpamitan kepada pembantunya dan segera pulang. Di jalan aku terus merenungkan apa yang sudah aku lakukan kepada Lena. Tetapi bayang-bayang Lena tertutupi bayang-bayang Dita. Ah, sudahlah, biarkan saja. Toh Lena pasti akan cepat melupakanku.
            Malam minggu ini kulewatkan dengan berkumpul bersama teman-teman di basecamp kami. Malam itu ada Si Gendut Andi, Si Tukang Ngaret Dodo, Si Bodoh Jimmy dan Si Tukang Pukul Angga.  Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, tetapi masih saja ramai. Pikiranku masih tertuju pada Lena. Tiba-tiba aku merasa tertarik pada apa yang dibicarakan teman-temanku.
            “Iya Jim, gimana kabar pacar lo si Dita??”, Tanya Angga
            “Ah, dia mah kagak bisa diharapin. Selama pacaran sama gue dia udah selingkuh berkali-kali…Bilangnya aja nggak mau ngulangin tapi gombal. Dia kagak ada kabarnya seminggu ini..Kayaknya dapet gebetan baru tuh..”, Jawab Jimmy sambil menghisap puntung rokoknya.
            “Alah…elo-nya aja yang bego. Masak cewek gitu kagak lo tinggalin. Bego banget lo…”, Kata Andi sambil geleng-geleng kepala.
            “Hehehe…kalo dasarnya cinta ya gimana lagi bro….”, Jawab Jimmy sambil cengengesan.
            Aku benar-benar kaget saat mendengarnya. Namun aku belum sepenuhnya yakin dengan obrolan anak-anak ini. Aku mencoba memancing dan menyelidiki fotonya.
            “Eh Jim, liat fotonya dong…. Biar gue kasih penilaian sama cewek itu…pantes kagak jadi playgirl…hehehe”, Ucapku sambil pura-pura cengengesan.
            “Hahahaha…. Si Kevin dari tadi kagak ngomong gue kira udah kagak bisa ngomong. Ternyata masih bisa ya??”, Dodo mengejekku dan tertawa-tawa.
Anak-anak pun ikut tertawa. Namun Jimmy memperlihatkan handphone-nya dan memperlihatkan fotonya. Astaga, betapa terkejutnya aku ketika melihat fotonya. Ternyata memang benar firasatku. Aku sangat kaget dan shock. Betapa kejamnya aku mengkhianati sahabatku sendiri. Terlebih-lebih menyakiti  Lena yang sangat menyayangiku. Aku bingung harus bagaimana. Aku bingung harus berkata apa saat aku meminta maaf kepada Lena. Ah, kenapa semuanya jadi begini.
Sesampainya di rumah aku terus memikirkannya. Aku tertidur dan memimpikan Lena. Dia memakai gaun serba putih dan melambai kepadaku sambil tersenyum. Aku terbangun karena kaget. Aku perpikir keras. Ah, mungkin hanya karena aku merasa bersalah kemudian aku memimpikan Lena. Akhirnya kuputuskan untuk meminta maaf dan memberinya kejutan di hari ulang tahunnya, hari minggu depan.

*******************
Seminggu ini sekolahku libur karena kakak kelas XII sedang menempuh ujian sekolah. Sejak aku putus dengan Lena aku tidak menghubunginya. Begitu juga sebaliknya. Sabtu malam ini aku akan ke rumahnya lagi dan memberinya kejutan. Aku sudah menyiapkan segala sesuatunya. Mulai dari kue tart, bunga dan kado sebagai ucapan selamat atas ulang tahunnya dan permintaan maafku. Aku mengendarai mobilku menuju rumah Lena dengan perasaan tidak enak. Jujur sejak seminggu lalu perasaanku sungguh tak nyaman. Entah mengapa.
“Bi, permisi… Lena-nya ada??”, tanyaku pada pembantunya yang sedang duduk didepan rumah .
Bibi tersebut kaget mendengar aku menanyakan itu. Dia menyuruhku masuk kedalam rumah. Aku dipersilahkan duduk di ruang tamu. Aneh, perabotan rumah tangga disini dipindah dan diganti karpet tebal. Dan sepertinya baru ada semacam pengajian. Ada apa gerangan??.
Belum sempat aku berpikir tiba-tiba muncul Ibu Lena. Beliau muncul dengan raut wajah penuh kesedihan. Kemudian beliau langsung memelukku dan menangis. Ada apa ini sebenarnya??
“Vin, Lena mungkin sedang tidak mau bertemu kamu…”, Kata Tante Dian sambil terisak.
“Lho, memangnya Lena dimana tante??”, Tanyaku. Perasaanku semakin tidak enak.
“Lena udah nggak disini vin…”, Kata Tante Dian sambil menangis.
“Lena dimana tante?? Diluar kota??”, Tanyaku dengan perasaan tidak sabar.
“Lena sudah meninggalkan kita semua vin sejak 3 hari yang lalu. Dia sudah berada di sisi-Nya”, Lanjut Tante Dian sambil menangis.
Ini benar kah?? Atau hanya mimpi?? Tak terasa air mataku jatuh. Pandangan mataku samar dan berkunang-kunang. Tiba-tiba semuanya menjadi gelap.
Aku terbangun di sebuah kamar. Kulihat Tante Dian duduk disampingku bersama pembantu-pembantu di rumah itu. Tubuhku terasa sangat lemas. Kepalaku sangat pusing. Kembali aku menangis. Lena telah meninggal sejak 3 hari yang lalu. Semenjak aku memutuskannya, dia terus-terus mengurung diri di kamarnya. Makan pun dia tidak mau. Akhirnya penyakit jantungnya kambuh dan tidak ada yang tahu. Aku tidak kuat mendengar semuanya. Aku terus menangis. Aku merasa sangat bersalah, terlalu salah. Kenapa tidak Kau ambil saja aku Ya Tuhan?? Kenapa Kau ambil seseorang yang tidak bersalah Tuhan??? Kenapa?? Bukankah aku belum sempat meminta maaf kepada Lena?? Bukankah aku sebenarnya sangat mencintainya?? Kenapa Kau ambil Ya Tuhan??. Aku terus menangis. Ya, aku tidak pernah memaafkan diriku sendiri. Tak kan pernah.



Originally Created By : Moch Dwie Alfian//X.7//16

MAAF-CHIVALRY




Ingin ku memutar waktu ke masa lalu
Kembalikan semuanya seperti dulu
Sebelum adanya air mata
Di wajahmu

Menghentikan waktu untuk sementara
Biar ku ulang ke masa laluku
Agar dapat hidup bersamamu

Kini cintanya tlah pergi
Hilang ditelan bayang kelam
Waktu tak akan berhenti
Jam pun tak akan sudi
Bila ini harus terjadi
Maafkan aku

Takkan ku bayangkan saat itu
Hanya diriku, yang tega meninggalkanmu

Menghentikan waktu untuk sementara
Biar ku ulang ke masa laluku
Agar dapat hidup bersamamu

Kini cintanya tlah pergi
Hilang ditelan bayang kelam
Waktu tak akan berhenti
Jam pun tak akan sudi
Bila ini harus terjadi

Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Al-Hadist

0 comments:

Post a Comment

Silahkan Mengcopy, Asalkan tinggalkan komentar dan jangan lupa beri link sumbernya. Hargai saya dan teman teman saya yang telah susah payah membuat postingan ini :D

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Smansa-x7 - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger